GARA – GARA FISIKA
BY : NEDY AMARDIANTO
Saat itu merupakan hari pertama masuk sekolah di kelas sebelas, tepatnya di
SMA AL - KAUTSAR. Awalnya aku masuk ke kelas IPS 1 namun aku berfikir di kelas sosial bukanlah tempatku, karena kelasku yang berhubungan dengan sosial tidaklah sama sekali mendukung cita – citaku yang ingin menjadi seorang dokter sejati. Akhirnya datanglah guru BK yang baik hati, serta mengerti keinginan anak muridnya yaitu Ibu Ida, ke kelas untuk mendata siapa saja yang ingin mencoba peruntungan masuk kelas IPA melalui jalur TES IPA.
“Assalamualaikum, anak – anak??”sapa bu Ida. “ Wa alaikum salam, bu” jawab kami semua.
“ Maaf ibu mengganggu waktunya sebentar, ibu bermaksud ingin mendata siswa yang mau ikut TES IPA, sipakah diantara kalian yang ingin ikut TES IPA tersebut???” beliau berkata. Tak tanggung – tanggung aku pun ambil langkah untuk mencoba TES IPA tersebut. “ Saya bu”, ujarku. Dicatatlah nama – nama peminat TES tersebut oleh bu Ida, dan ternyata lumayan banyak dari kelas ku yang ingin ikut tes selain diriku, ada Ayu Dian, Meri, Fajar, Kadafi, dan lainnya.
Akhirnya hari yang di tunggu pun datang juga, tepatnya hari Jumat TES IPA pun dilaksanakan, lokasi tes berada di Musholla SMA, disana sudah banyak peserta ujian yang sudah berkumpul, bersama pengawas yaitu Pak Dwi. Sebelum tes dimulai Pak Dwi meminta peserta untuk berdoa terlebih dahulu, “ ayo anak – anak sebelum tes dimulai, marilah kita berdoa terlebih dahulu agar dimudah kan dalam menjawab soalnya”, pintanya dengan bijaksana. Dan kami pun segera berdoa, stelah berdoa kami pun segera menjawab soal yang di ujikan yaitu Metematika dengan teliti. Tak terasa satu setengah jam telah berlalu dan aku pun mengoreksi kembali jawabanku dengan teliti, setelah di koreksi aku pun mengumpulkan lembar jawabanku ke pengawasnya, dan disusul oleh peserta lainnya.
Sebelum kembali kelas aku pun menghampiri pengawasnya dan bertanya, “ Pak, kira – kira hasilnya diumumkan kapan ya pak??”, lalu di jawabnya, “ insya allah besok Sabtu sudah keluar”. Setelah mendengar jawaban pengawas tersebut, hatiku pun terasa lega sekali. Keesokan harinya, hasil tes pun diumumkan bukan kepalang senangnya ketika namaku terpampang pada papan pengumuman yang menandakan aku lulus masuk kelas IPA. “ Allahu Akbar, Al hamdulillah, Subhanallah, akhirnya aku masuk kelas IPA juga, tidak sia – sia aku belajar semalaman hanya untuk tes ini. Terima kasih ya Allah”. Teriakku girang.
Dan bel pulang sekolah pun berbunyi, segera aku tancap kan gas menuju pulang ke rumah, aku pulang menggunakan kendaraan motor. Sesampainya di rumah, “ Assalamualaikum”, ucapku. “ Waalaikumsalam”, jawab Mama.
Dan aku pun segera mencium tangan mama dan aku pun segera memberri tahu informasi ke mama, “ Mama..tadi hasil tes sudah keluar” jelasku. “ bagaimana hasilnya nak??”, tanya mama.
“ Al – Hamdulillah aku lulus masuk kelas IPA, dan mulai besok aku sudah bisa masuk ke kelas IPA”, ucapku. “ syukur deh kalau begitu”, ujar mama.
Hari pertama di kelas IPA tiba, aku mulai melihat daftar nama siswa yang lulus masuk kelas IPA, dan ternyata aku masuk kelas IPA 4, dengan wali kelas Bu Ratna. “ Selamat datang Nedy di kelas A4”, ucap bu Ratna. “ terima kasih bu, senang bisa bertemu bu Ratna” ucapku.
Keesokan harinya yaitu hari Selasa, hari perkenalan dengan guru Fisika yaitu Pak Eko Anzair. Beliau orangnya tegas, disiplin, serta kalau menilai orang itu apa adanya, tidak pernah ia berlebihan menilai orang.
“ Selamat pagi anak – anak”, sapa pak Eko. “Selamat pagi pak....”, teriak kami semua.
Setelah berkenalan ia pun segera memasuki pelajaran bab pertama yaitu besaran Vektor.
Pak Eko menjelaskan materi tersebut sangat cepat dan singkat namun padat, walau pun cepat kami semua dapat mengerti apa yang di jelaskan oleh bapak itu.
3 minggu pun berlalu, hari – hari kami lalui dengan senang dan gembira tepatlah pada jam pelajaran Fisika, “ Anak – anak hari ini kita ulangan”, ujarnya. “ Apa?? Ulangan pak? Ya kami belum siap pak”, jawab ku. “ siap gak siap tetap ulangan”, cetusnya.
mulai keluarlah sikap tegas nya pak Eko, “ iya pak”, komentar ku. Dengan suasana hening kami menjawab soalnya, namun soal tersebut sangatlah susah menurutku karena beda banget sama yang diajarkan pak Eko.
“ Aduh, susah banget ya”, bisik Fajar padaku. “Lumayan euy, walau susah masih bisa dijawab khan?”, ujar ku.
Satu jam pelajaran telah habis, waktunya untuk di kumpul ulangan tersebut. Setelah di koreksi ternyata banyak siswa XI A4 yang remedial, termasuk aku. Pak Eko pun tampak terlihat kecewa dengan hasil ulangan kami yang kurang memuaskan.
“ Perhatian!! Bapak sangat kecewa dengan hasil kalian!! Kenapa bisa remedial begini??” tanya pak Eko.
Kami pun tidak bisa berkata – kata, kami hanya bisa diam karena takut akan amarah pak Eko. Walau pun Pak Eko marah, aku beserta murid – murid lainnya tidak merasa sakit hati, karena kami sadar akan kesalahan masing – masing. Dan akhirnya pak Eko menentukan waktu untuk remedial. “ Ya sudah, remedial nya bulan depan”, cetusnya. “ oke pak, terima kasih pak”, jawab ku dan teman – teman serempak.
============================<<<<<<<>>>>>>>===========================
Tidak terasa 2 bulan berjalan. Tibalah hari Senin seluruh guru, staf TU, dan siswa berbaris di plasa upacara untuk melaksanakan kegiatan rutin upacara penaikan bendera hari Senin.
“ Diberitahukan, kepada seluruh siswa – siswi kelas X, XI, dan XII harap turun kebawah untuk melaksanakan upacara, yang di lantai 3, dan lantai 2 ayo cepat turun, upacara akan segera dimulai 5 menit lagi”, teriak Pak Zaki selaku pembina OSIS. Seluruh siswa yang berada di lantai 2 dan lantai 3 pun berlarian menuju plasa SMA.
“ ayo cepat turun”, cetus Bu Ida.
“ ayo woi...cepat lagi jalannya”, teriak Denny.
Akhirnya seluruh penghuni SMA telah berada di plasa SMA untuk mengikuti upacara hari Senin. “ Seluruhnya siaaappp grak”, ujar Abi Misbah.
Dan akhirnya sampailah disaat pembina upacara menyampaikan Amanat. Yang bertugas menjadi pembina kali ini adalah Pak Sunardi.
“ Assalamualikum”, Salam Pak Sunardi.
“Waalaikum salam”, jawab aku.
“ Anak – anak minggu depan kita akan menghadapi UHB mohon dipersiapkan diri kalian dalam hal belajar”, Ujarnya.
Singkatnya pada inti amanat pembina menganjurkan kita untuk belajar lebih giat lagi, agar tidak menyesal.
***
Waktu yang dinantikan pun tiba yaitu UHB, dimana semua siswa memperjuangkan nilai untuk mendapatkan posisi terbaik dalam rangking nantinya. Hari demi hari pun terlewati, dan tibalah saatnya untuk mengetahui hasil UHB.
“ Meri, lo apa aja yang remed??, celetuk Antien.
“ Ish...gua remed Fisika, Matematika” sahut Meri
“ lo apa aja yang remed, Antien?”, tanya Meri
“ sama Fisika juga, tapi aku gag tahu yang lain remed apa nggaknya”, jawab Antien.
Tibalah akhirnya waktu untuk remedial, dan akhirnya semua siswa kelas A4 tuntas juga remedialnya.
“ Al – Hamdulillah akhirnya kita semua tuntas ya remed nya”, sahut Didi
“ Iya, syukurlah gak tahu deh nantinya jadi apa kalau masih remed, mungkin pak Eko akan hafal dengan nama kita yang selalu remed”, jawab Fajar.
“ hahaha, benar tuh Jar”, cetus Didi.
Dan akhirnya dengan tuntas nya semua remedial, membuat seluruh siswa sadar betapa pentingnya belajar yang sungguh – sungguh. Dengan demikian kalau belajar sungguh – sungguh kemungkinan jauh akan terkena remedial.
“ Andika, aku senang banget nilai UHB kita gak terlalu kecil”, ucapku
“ Iya, untungnya juga di legger nilai kita sedanglah gak menyakitkan”, tegasnya.
“ Woi, gila banget. Gue semakin cinta dengan Fisika”, terang Mei.
“ Iya gara – gara Fisika, aku sadar kalau aku gak belajar dan terus berlatih maka aku akan selalu remed, jadi aku harus banyak latihan di rumah agar gak remed – remed lagi”, sahut ku.
“ Benar tuh, LOVE YOU FULL FISIKA!!, LOVE YOU FULL PAK EKO”, teriak salah satu siswa kelasku.
===========================<<<<<<<>>>>>>>============================